RIRIN
SULISTYOWATI
FKIP
PGSD
UNIVERSITAS
PAKUAN BOGOR
PELAJARAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
”3
PERLAWANAN YANG SANGAT MENGGANGGU PEMERINTAH HINDIA BELANDA”
1.
PERLAWANAN PATTIMURA , DI MALUKU
Perlawanan
rakyat maluku terjadi tahun 1817 di bawah pimpinan Thomas Matulesya (
Matulessy). Penyebab pemberontakan karena rakyat maluku merasa diperlakukan
tidak adil oleh belanda. Kondisi ini berbeda sewaktu maluku berada di bawah
kekuasaan inggris, kesejahteraan penduduk pun merosot.
Pertemuan
yang terjadi pada bulan mei 1817 mengangkatlah secara aklamasi orang-orang yang
akan memimpin perlawanan. Thomas Mattulesya memimpin para pengikutnya menyerbu
benteng Duurstede, Residen Saparua Van Den Berg beserta keluarganya (kecuali
seorang anak kecil) dibunuh. Pada tanggal 1 agustus 1817, 45 kapal perang
belanda membuang sauh di teluk di depan benteng Duurstede. Tetapi benteng telah
ditinggalkan oleh pattimura.
Pihak
belanda menjanjikan akan memberi hadiah sebesar 1000 gulden bagi yang betrhasil
menyerahkan pattimura dan 500 gulden untuk setiap kepala para pimpinan di
bawahnya. Bulan desember 1817 Thomas Matulesya dihukum gantung bersama 3 orang
lainnya.
2. PERLAWANAN
DIPONEGORO (DE JAVA OORLOG) DI JAWA (1825 – 1830)
Ketika
sultan hamengkubuwono III wafat tahun 1816, putra tertua sultan pangeran
diponegoro tak dipilih untuk menggantikan karena dia anak dari istri samping.
Pangeran diponegoro di singkirkan dari istana oleh para bangsawan yang
pro-belanda.
Kegemarannya meledak saat tanahnya di tegalrejo di patok
untuk dijadikan jalan umum oleh orang – orang danureja (1813 – 1847) yang
pro-belanda.
Residen
belanda mengirim pasukan untuk menangkap pangeran diponegoro, namun diponegoro
meloloskan diri dan mencanangkan panji pemberontakab, perang jawa (1825-1830)
dimulai.
Pemberontakan
diponegoro tersebar di jawa tengah dan jawa timur. Pemberontakannya di dukung
oleh kaum ulama seperti kiai maja. Diponegoro berhasil mengalahkan pasukan
jenderal de kock dengan taktik pukul lari. Akhirnya salah seorang perwira de
kock menemukan cara untuk menghadapi strategi diponegoro, yaitu : dengan
menerapkan sistem benteng.
Tahun 1829
kedudukan diponegoro semakin lemah dan kyai maja tertangkap oleh belanda.
Tahun 1829 bulan september paman pangeran diponegoro
yaitu pangeran mangkubumi berserta panglima utamanya, sentot ali basya menyerah
para belanda.
Meskipun
kekuatannya semakinb merosot diponegoro tetap tidak mau menyerah. Belanda
menempuh di tempuh cara diploma dengan menawarkan 1 perundingan, diponegoro
menolak mengadakan perundingan selama bulan puasa. De kock akhirnya menipu
diponegoro. Diponegoro dibuang ke makasar dan meninggal dunia di kota itu pada
tanggal 8 januari 1855
3.
PERLAWANAN PADRI (1821-1838)
Awal
perlawanan kaum padri sebenarnya pertentangan paham antara kaum adat dan kaum
padri dalam masalah praktik agama.
Cirinya mereka berpakaian serba putih . keadaan ini
sangat kontras dengan pakaian kaum adat yang berpakaian serba hitam. Kekuatan kaum padri semakin kuat karena
mendapatkan dukungan dari pimpinan adat tertinggi di alahan panjang. Yaitu
datuk bandaro. Sewaktu datuk bandaro meninggal pimpinan digantikan oleh peto
syarif dan mendapatkan gelar tuanku imam bonjol.
Tahun 1818
raffles mengunjungi padang darat dan bertemu dengan ke dua belah pihak yang
bertikai. Dan inggris tidak dapat berbuat banyak .
Tanggal 14 tuanku suruaso datang untuk mengadakan
perjanjian, tanggal 18 februari mulailah babak baru perang padri, melawan
belanda. Tanggal 26 januari 1824 letnan kolonel raaff mengajak kaum padri
berunding, dan diterima baik oleh kaum padri. Sebulan setelah perjanjian, belanda menyerang guguk
sigundang dan kota lawas. Tanggal 16 agustus 1837 kota bonjol direbut belanda.
Bulan oktober 1837 belanda mengundang imam bonjol kemudian imam bonjol di buang
dan meninggal di manado pada tahun 1864.
Sejumlah
pemimpin padri masih melakukan perlawanan terhadap belanda. Diantara mreka
terdapat haji soleh dan tuanku tambusei.
0 komentar:
Posting Komentar